banjirterjadi di daerah Jakarta yang dialiri sungai Ciliwung, banjir yang terjadi di daerah Jakarta, tersebut disebabkan debit air Ciliwung meningkat, terjadi pendangkalan dan banyak sampah dialiran sungai Ciliwung, Lahan disekitar Ciliwung sebagian besar kedap air. Kondisi ini dalam geografi termasuk pendekatan? berikan alasannya!Penyebab Banjir di Daerah Jakarta Banjir terjadi di daerah Jakarta yang dialiri sungai Ciliwung setiap tahunnya. Penyebab banjir ini adalah akibat dari kebocoran tanggul, alih fungsi lahan, dan kurangnya perawatan sungai Ciliwung. Sebagai daerah yang padat penduduk, Jakarta juga banyak memiliki permukiman yang dibangun di atas sungai. Kondisi ini membuat sungai Ciliwung sulit untuk menampung air hujan yang turun dengan deras. Selain itu, pembangunan di atas sungai Ciliwung juga membuat aliran air tidak lancar, sehingga air hujan mudah meluap dan menyebabkan banjir. Tanggul yang Bocor Tanggul yang bocor juga menjadi penyebab banjir di daerah Jakarta. Tanggul yang bocor bisa terjadi karena usia tanggul yang sudah tua atau karena tanggul tersebut tidak dirawat dengan baik. Jika tanggul bocor, maka air akan mudah masuk ke permukiman penduduk dan menyebabkan banjir. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah harus memperbaiki tanggul yang bocor dan melakukan perawatan rutin pada tanggul yang sudah ada. Selain itu, pemerintah juga harus membangun tanggul baru di daerah yang membutuhkan agar banjir tidak terjadi lagi di daerah Jakarta. Alih Fungsi Lahan Alih fungsi lahan juga menjadi penyebab banjir di daerah Jakarta. Alih fungsi lahan yang terjadi di daerah Jakarta biasanya adalah dari lahan pertanian atau lahan hijau menjadi lahan perumahan atau perkantoran. Alih fungsi lahan ini membuat daerah Jakarta semakin padat dan kurangnya lahan terbuka yang dapat menyerap air hujan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah harus mengontrol dan membatasi alih fungsi lahan. Pemerintah juga harus membangun taman kota atau lahan hijau lainnya agar daerah Jakarta tetap memiliki lahan terbuka yang dapat menyerap air hujan. Perawatan Sungai Ciliwung Kurangnya perawatan sungai Ciliwung juga menjadi penyebab banjir di daerah Jakarta. Sungai Ciliwung yang tidak dirawat dengan baik akan membuat aliran air tidak lancar dan mudah meluap saat terjadi hujan deras. Pemerintah harus melakukan perawatan rutin pada sungai Ciliwung agar aliran air tidak terhambat dan mudah menampung air hujan yang turun. Selain itu, pemerintah juga harus membangun tanggul baru di daerah yang membutuhkan agar banjir tidak terjadi lagi di daerah Jakarta. Kesimpulan Banjir yang sering terjadi di daerah Jakarta yang dialiri sungai Ciliwung disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebocoran tanggul, alih fungsi lahan, dan kurangnya perawatan sungai Ciliwung. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah harus memperbaiki tanggul yang bocor, mengontrol alih fungsi lahan, dan melakukan perawatan rutin pada sungai Ciliwung. Dengan begitu, banjir di daerah Jakarta dapat diatasi dan tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. 2022-12-30
Jakarta- Sejumlah wilayah di Jakarta Selatan (Jaksel) dan Jakarta Timur (Jaktim) tergenang banjir pagi ini. Banjir akibat dari Sungai Ciliwung yang meluap. Banjir akibat dari Sungai Ciliwung yang
N/A • 12 November 2020 1217 Sungai Ciliwung kerap dituding sebagai biang banjir Ibu Kota. Tuduhan ini bukan tanpa alasan karena banjir memang kerap terjadi dari luapan air Sungai Ciliwung. Berbagai upaya pencegahan banjir sudah dilakukan, mulai dari normalisasi hingga naturalisasi. Akankah usaha tersebut sudah berbuah hasil dan sudah sejauh mana perjalanan perbaikan Sungai Ciliwung? Leah Alexis Laloan
Debitbanjir kiriman ini selanjutnya akan tiba di Manggarai, Jakarta, sekitar pukul WIB Senin dini hari. Daerah di Jakarta yang berpotensi terkena banjir berada di sekitar bantaran Sungai Ciliwung, yaitu Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Gang Arus/Cawang, Kebon Baru, Bukit Duri, Bidara Cina, dan Kampung Melayu.
Banjir yang sering terjadi di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur akibat luapan DAS Ciliwung berdampak negativ pada kegiatan sosial ekonomi serta aktivitas masyarakat. Unit Pengelola Penyelidikan Pengukuran dan Pengujian UPPP Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta memiliki tugas untuk mengenalisis dan memodelkan genangan banjir PENDAHULUAN Banjir adalah kondisi di mana air meluap dari aliran sungai, dan meluas ke daerah-daerah sekitarnya Bansal et al., 2022; Rakuasa et al., 2022. Eldi, 2020 berpendapat bahwa bencana banjir bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti hujan lebat yang berkepanjangan, curah hujan yang tinggi, atau adanya kerusakan pada infrastruktur drainase dan sungai. Banjir dapat menyebabkan kerusakan pada properti, infrastruktur, dan lingkungan, serta dapat mengancam keselamatan dan kesehatan manusia Rakuasa et al., 2023. Banjir juga sangat berdampak negativ pada ekonomi yang signifikan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Rakuasa & Latue, 2023. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan banjir sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampaknya. Figures - uploaded by Nadhi SugandhiAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Nadhi SugandhiContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1685 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online Pemodelan Spasial Limpasan Genangan Banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru dan Kel. Bidara Cina DKI Jakarta Nadhi Sugandhi1, Heinrich Rakuasa2, Zainudin3, Wulan Abdul Wahab4, Kamiludin5, Ahmad Jaelani6, Ramdhani7, Muhamad Rinaldi8 1,2,3,4,5,6,7,8Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UP4, Dinas Sumber Daya Air, DKI Jakarta E-mail heinrichrakuasa14 Article History Received 16 Maret 2023 Revised 29 Maret 2023 Accepted 30 Maret 2023 Abstract Banjir yang sering terjadi di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur akibat luapan DAS Ciliwung berdampak negativ pada kegiatan sosial ekonomi serta aktivitas masyarakat. Unit Pengelola Penyelidikan Pengukuran dan Pengujian UPPP Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta memiliki tugas untuk mengenalisis dan memodelkan genangan banjir yang terjadi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memodelkan secara spasial limpasan genangan banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru dan Kel. Bidara Cina DKI Jakarta. Variabel yang digunakan diantaranya kemiringan lereng, indeks kekasaran permukaan yang diperoleh dari hasil foto udara. Hasil pemodelan menunjukan bahwa limpasan genangan banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur yang terjadi dengan ketinggian hingga 1 meter memiliki luasan sebesar 39, 51 ha. Pada umumnya daerah yang tergenang banjir adalah daerah yang dekat dengan sungan dan terdiri dari tutupan lahan lahan terbuka, jalan serta permukiman. Hasil prediksi bangunan yang terdampak banjir di Kel. Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan berjumlah 793 unit bangunan dan 1096 unit bangunan di Kel. Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Keywords Banjir, DAS Ciliwung, Sistim Informasi Geografis PENDAHULUAN Banjir adalah kondisi di mana air meluap dari aliran sungai, dan meluas ke daerah-daerah sekitarnya Bansal et al., 2022; Rakuasa et al., 2022. Eldi, 2020 berpendapat bahwa bencana banjir bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti hujan lebat yang berkepanjangan, curah hujan yang tinggi, atau adanya kerusakan pada infrastruktur drainase dan sungai. Banjir dapat menyebabkan kerusakan pada properti, infrastruktur, dan lingkungan, serta dapat mengancam keselamatan dan kesehatan manusia Rakuasa et al., 2023. Banjir juga sangat berdampak negativ pada ekonomi yang signifikan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Rakuasa & Latue, 2023. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan banjir sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampaknya. 1686 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online DAS Ciliwung Daerah Aliran Sungai Ciliwung merupakan salah satu daerah aliran sungai yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Banjir di daerah sekitar DAS Ciliwung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya curah hujan yang tinggi, perubahan tata guna lahan, penebangan hutan, peningkatan permukaan air laut dan kapasitas saluran air yang tidak mencukupi Permatasari et al., 2017. Menurut Tambunan, 2017, wilayah DAS Ciliwung merupakan wilayah yang rentan terhadap banjir karena memiliki curah hujan yang tinggi terutama pada musim penghujan. Hujan yang lebat dan terus menerus dapat membuat air sungai meluap dan membanjiri daerah sekitarnya. Pembangunan permukiman, industri, dan pertanian yang tidak terkendali dapat mengubah tata guna lahan di wilayah DAS Ciliwung dan mengurangi kemampuan alam untuk menyerap air hujan. Hal ini dapat menyebabkan aliran air hujan mengalir dengan cepat ke sungai dan meningkatkan risiko banjir Taufik et al., 2022. Menurut Rakuasa et al., 2022, hutan memiliki peran penting dalam menjaga kesetimbangan ekosistem, termasuk dalam mengatur aliran air. Penebangan hutan secara besar-besaran di wilayah DAS Ciliwung dapat mengurangi kemampuan hutan dalam menyerap air hujan dan mengatur aliran air, sehingga meningkatkan risiko banjir Abighail et al., 2022. Menurut Abighail et al., 2022, wilayah DAS Ciliwung berada di dekat pantai, dan peningkatan permukaan air laut akibat perubahan iklim dapat menyebabkan air sungai naik dan membanjiri daerah sekitarnya. Tambunan, 2017, menambahkan bahwa kapasitas saluran air di wilayah DAS Ciliwung tidak mencukupi untuk menampung debit air yang tinggi pada saat terjadi hujan lebat. Hal ini dapat menyebabkan air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya. Sistem Informasi Geografis SIG dapat menjadi alat yang efektif dalam mengatasi banjir di DAS Ciliwung. Menurut Rakuasa et., 2022, SIG dapat membantu dalam pemetaan wilayah DAS Ciliwung secara rinci, dengan menunjukkan kontur, bentang alam, hutan, dan sungai. Dengan pemetaan yang akurat ini, pemerintah dapat memetakan wilayah mana yang paling rentan terhadap banjir. Hasibuan, 2017, SIG dapat digunakan untuk menganalisis hidrologi DAS Ciliwung, seperti debit sungai, curah hujan, dan evapotranspirasi. Data ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pola aliran air di wilayah tersebut dan membantu dalam perencanaan pengendalian banjir. Abighail et al., 2022, menambahkan bahwa SIG dapat membantu dalam merencanakan infrastruktur pengendalian banjir yang tepat. Misalnya, SIG dapat memperkirakan wilayah mana yang harus diberi prioritas untuk pembangunan tanggul, bendungan, dan sistem drainase. SIG dapat membantu dalam peringatan dini banjir. Dengan SIG, dapat dilakukan pemantauan kondisi cuaca dan hidrologi secara real-time dan mengambil tindakan yang cepat dalam menanggulangi banjir Taufik et al., 2022. Menurut Puslittanak Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat., 2004, SIG dapat membantu dalam mengevaluasi dampak banjir pada wilayah DAS Ciliwung, seperti kerusakan infrastruktur, tanaman, dan lingkungan. Data ini dapat digunakan untuk membuat keputusan yang tepat dalam upaya pemulihan setelah banjir. Menurut Rakuasa et al., 2023, dengan menggunakan SIG, pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam meminimalkan risiko banjir di wilayah DAS Ciliwung dan memperkuat kapasitas untuk menghadapi banjir yang lebih parah di masa depan. Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini bertujuan untuk memodelkan secara spasial limpasan genangan banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru dan Kel. Bidara Cina DKI Jakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilakukan di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data batas administrasi yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial BIG, data foto udara dan LIDAR yang peroleh dari 1687 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online hasil survei lapangan menggunakan Drone DJI- Zenmuse L1 LiDAR yang memiliki sensor pts/s, 450 m laser range 80% reflectivity, RGB Sensor 20 MP 1”CMOS Integrated, 5cm vertical accuracy / 10 cm horizontal accuracy, IP44 weather & dust proof, Point Cloud Liveview, GNSS, IMU, RGB Data Fusion. Software yang digunakan diantaranya DJI Tera dan Arc GIS. Variabel yang digunakan diantaranya kemiringan lereng, indeks kekasaran permukaan yang diperoleh dari tutupan lahan, ketinggian genangan banjir. Pengolahan dan analisis data dalam kegiatan ini terdiri dari analisis kemiringan lereng, digitasi tutupan lahan dan pemodelan banjir. Pemodelan spasial dalam penelitian ini menggunakan analisis Fload Inundation yang merupakan modifikasi dari metode Tsunami Inundation yang dikembangkan Berryman, 2006 yang sebelumnya telah digunakan oleh Rakuasa et al., 2023 berdasarkan perhitungan kehilangan ketinggian banjir per 1 m jarak ketinggian genangan berdasarkan nilai jarak terhadap lereng dan kekasaran permukaan. Perhitungan matematis dapat dilihat pada rumus dibawah ini Dimana H loos Kehilangan ketinggian banjir per 1 m jarak inundasi n Koefisien kekasaran permukaan Ho Ketinggian genangan dari sungai & saluran m S Besarnya lereng permukaan derajat Parameter ketinggian genangan banjir sungai dan saluran di DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur mengacu pada ketingian genangan pada tanggal 27 Februari 2023. Parameter kemiringan lereng dihasilkan dari pengolahan data DEM LIDAR dan nilai koefisien kekasaran permukaan dihasilkan dari data tutupan lahan yang dimodifikasi berdasarkan penelian Rakuasa et al., 2023 pada tabel 1. Tabel 1. Koefisien Kekasaran Berdasarkan Jenis Tutupan Lahan Nilai Koefisien Kekasaran Permukiman/LahanTerbangun Sumber Rakuasa et al., 2023 Analisis data dimulai dari analisis kemiringan lereng derajad menggunakan data DEM yang kemudian dikonversi nilai derajat ke radian. Data kemiringan lereng kemudian di overlay dengan data koefisien kekasaran permukaan, dan ketinggian banjir, kemudian dilakukan perhitungan Hloos dan perhitungan Inundasi Cost Distance, hasil perhitungan tersebut menghasilkan estimasi area Inundasi Cost Distance yang kemudian dilakukan analisis menggunakan Fuzzy Membership ketinggian Inundasi untuk menghasilkan limpasan genangan banjir. Hasil pemodelan genangan banjir tersebut kemudian dioverlay dengan dengan data shp bangunan untuk menghasilkan bangunan terdampak banjir. Selengkapnya alur kerja dapat dilihat pada Gambar 1. 1688 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online Gambar 1. Alur Kerja HASIL DAN PEMBAHASAN Limpasan genangan banjir adalah fenomena yang terjadi ketika air banjir meluap dari sungai, danau, atau saluran air yang melebihi kapasitasnya dan menyebabkan air meluap ke daerah sekitarnya Haryani et al., 2012. Ketika air banjir tidak dapat meresap ke dalam tanah atau dibawa oleh aliran air yang lebih besar, maka air akan menumpuk dan membentuk genangan air yang bisa mencapai beberapa meter bahkan bisa menutupi jalan raya atau permukiman. Limpasan genangan banjir dapat menyebabkan kerusakan pada properti, kendaraan, serta mengancam keselamatan manusia. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya limpahan genangan banjir, terutama pada musim hujan. Hasil pemodelan genangan banjir di DKI Jakarta diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perencanaan pembangunan, penanganan bencana, peningkatan kesiapsiagaan, pengembangan sistem peringatan dini dan mengevaluasi dampak perubahan lingkungan Hasil pemodelan menunjukan bahwa limpasan genangan banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur yang terjadi dengan ketinggian hingga 1 meter memiliki luasan sebesar 39, 51 ha. Pada umumnya daerah yang tergenang banjir adalah daerah yang dekat dengan sungan dan terdiri dari tutupan lahan lahan terbuka, jalan serta permukiman. 1689 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online Gambar 2. Peta Model Genangan Banjir 1690 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online Gambar 3. Bangunan Terdampak Banjir Hasil prediksi bangunan yang terdampak banjir di Kel. Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan berjumlah 793 unit bangunan dan 1096 unit bangunan di Kel. Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Bangunan yang terdampak banjir adalah bangunan-bangunan yang terletak di daerah yang rawan banjir, terutama pada saat musim hujan atau ketika terjadi peningkatan curah hujan yang tinggi. Beberapa jenis bangunan yang umumnya terdampak banjir diantaranya yaitu rumah-rumah tinggal di daerah dataran rendah atau daerah aliran sungai., 1691 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online bangunan-bangunan komersial seperti toko, restoran, dan pusat perbelanjaan yang terletak di daerah yang sama dengan rumah-rumah tinggal, bangunan industri seperti pabrik dan gudang yang terletak di dekat sungai atau daerah aliran air dan bangunan-bangunan pemerintah seperti kantor, sekolah, dan rumah sakit yang terletak di daerah yang sama dengan rumah-rumah tinggal. Ketika banjir terjadi, bangunan-bangunan tersebut bisa mengalami kerusakan yang cukup parah, seperti rusaknya dinding, atap, dan bahkan struktur bangunan yang mendasar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk membangun bangunan yang tahan banjir dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko banjir sebelum membangun atau membeli sebuah properti. Prediksi dan pemetaan bangunan terdampak banjir memiliki beberapa manfaat, di antaranya yaitu membantu dalam perencanaan mitigasi banjir, mengidentifikasi risiko dan kerentanan, membantu dalam pengambilan keputusan, menyediakan data untuk perencanaan tanggap darurat, dan menyediakan informasi bagi masyarakat. Secara keseluruhan, pemetaan bangunan terdampak banjir dapat membantu dalam pengurangan risiko dan kerentanan terhadap banjir, serta memberikan panduan yang lebih baik dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan mitigasi banjir. Berikut ini beberapa upaya umum yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah banjir diantaranya; pembangunan infrastruktur pengendali banjir, meningkatan kapasitas resapan air, pengaturan tata guna lahan yang tepat dapat membantu mencegah banjir, mengedukasi masyarakat tentang cara mengelola sampah dengan benar, dan membuangnya pada tempat yang sesuai untuk mencegah saluran air tersumbat, mengajarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, kanal, dan selokan. Pemerintah dapat menyediakan alat pelindung banjir seperti sandbag dan pompa air kepada masyarakat. Pemerintah dapat meningkatkan sistem peringatan dini dengan menggunakan teknologi modern seperti SMS, notifikasi push, dan aplikasi seluler. Ini dapat membantu masyarakat untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya banjir dan menghindari risiko bahaya. Tentunya masih banyak upaya lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah banjir. Namun, upaya di atas dapat menjadi dasar untuk memulai penanganan banjir di DKI Jakarta. KESIMPULAN Hasil pemodelan menunjukan bahwa limpasan genangan banjir dari DAS Ciliwung di Kel. Kebon Baru, Jakarta Selatan dan Kel. Bidara Cina, Jakarta Timur yang terjadi dengan ketinggian hingga 1 meter memiliki luasan sebesar 39, 51 ha. Pada umumnya daerah yang tergenang banjir adalah daerah yang dekat dengan sungan dan terdiri dari tutupan lahan lahan terbuka, jalan serta permukiman. Hasil prediksi bangunan yang terdampak banjir di Kel. Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan berjumlah 793 unit bangunan dan 1096 unit bangunan di Kel. Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur DAFTAR REFERENSI Abighail, S. H., Kridasantausa, I., Farid, M., & Moe, I. R. 2022. Pemodelan banjir akibat perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai Ciliwung. J. Tek. Sipil, 291, 61–68. Bansal, N., Mukherjee, M., & Gairola, A. 2022. Evaluating urban flood hazard index UFHI of Dehradun city using GIS and multi-criteria decision analysis. Modeling Earth Systems and Environment, 83, 4051–4064. Eldi, E. 2020. Analisis Penyebab Banjir di DKI. Jurnal Inovasi Penelitian, 16, 1057–1064. Haryani, N. S., Zubaidah, A., Dirgahayu, D., Yulianto, H. F., & Pasaribu, J. 2012. Model Bahaya 1692 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN 2810-0581 online Banjir Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Kabupaten Sampang Flood Hazard Model Using Remote Sensing Data In Sampang District. Jurnal Penginderaan Jauh Dan Pengolahan Data Citra Digital, 91. Permatasari, P. A., Setiawan, Y., Khairiah, R. N., & Effendi, H. 2017. The effect of land use change on water quality A case study in Ciliwung Watershed. {IOP} Conference Series Earth and Environmental Science, 54, 12026. Puslittanak Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2004. Laporan Akhir Pengkajian Potensi Bencana Kekeringan, Banjir dan Longsor di Kawasan Satuan Wilayah SungaiCitarum-Ciliwung, Jawa Barat Bagian Barat Berbasis Sistem Informasi Geografi. Rakuasa, H., Helwend, J. K., & Sihasale, D. A. 2022. Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kota Ambon Menggunakan Sistim Informasi Geografis. Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 192, 73–82. Rakuasa, H., Wahab, W. A., Kamiludin, K., Jaelani, A., Ramdhani, R., & Rinaldi, M. 2023. Pemetaan Genangan Banjir di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan oleh Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UP4 Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 32, 288–295. Rakuasa, H., & Latue, P. C. 2023. ANALISIS SPASIAL DAERAH RAWAN BANJIR DI DAS WAE HERU, KOTA AMBON. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 101, 75–82. Rakuasa, H., Sihasale, Mehdila, P. W. 2022. Analisis Spasial Tingkat Kerawanan Banjir di Kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon. Jurnal Geosains Dan Remote Sensing JGRS, 32, 60–69. Rakuasa, H., Somae, G, Latue P. C. 2023. Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon Menggunakan Sistim Informasi Geografis. ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 24, 1642–1653. Ratna Sari Hasibuan. 2017. KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG. Jurnal Nusa Sylva, 172, 91–100. Tambunan, M. P. 2017. The pattern of spatial flood disaster region in {DKI} Jakarta. {IOP} Conference Series Earth and Environmental Science, 561, 12014. Taufik, S. R., Yatrib, M., Harman, A. N., Kesuma, T. N. A., Saputra, D., & Kusuma, M. S. B. 2022. Assasment of flood hazard reduction in DKI Jakarta Bendungan Hilir Village. IOP Conference Series Earth and Environmental Science, 9891, 012018. ... Analisis TWI akan menunjukkan daerah dengan kemiringan yang lebih landai dan kelembaban yang lebih tinggi, yang dapat menjadi tanda-tanda bahwa daerah tersebut rawan banjir. Berhanu & Bisrat, 2018, Menambahkan bahwa dengan mengetahui daerah yang rawan banjir, pengembangan wilayah dapat dipertimbangkan dengan lebih cermat Sugandhi et al., 2023. TWI dapat membantu menentukan lokasi yang lebih aman untuk pengembangan infrastruktur dan perumahan, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian akibat banjir. ...Kecamatan Siwalalat sering dilamda banjir di musim hujan. Banjir yang sering terjadi Kecamatan Siwalalat diakibatkan oleh luapan sungai Wayaiya, sungai Waidala, sungai Fos, dan sungai Abuleta yang diduga imbas dari pembalakan liar di daerah hulu sungai. Penelitian menggunakan data DEMNAS dan analisis menggunakan metode Topographic Wetness Index. Hasil analisis potensi genangan dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas potensi rendah dengan luas ha, kelas sedang seluas ha, dan kelas potensi tinggi seluas ha serta diprediksi seluas 130,21 ha permukiman terdampak banjir. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi refrensi bagi pemerintah serta masyarakat dalam penanganan banjir kedepan guna meminimalisir dampk yang sumber daya manusia SDM dibidang geospasial tentunya berdampak pada kinerja dari Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UPPP Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta oleh karena itu peningkatan SDM dibidang geospasial perlu ditingkatkan dengan melakukan pelatihan-pelatihan atau workshop dibidang geospasial. Para Pimpinan Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UP4 Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada untuk dapat menguasai perangkat keras hadware dan perangkat lunak software Geospasial/ GIS untuk dapat mempermudah pekerjaan di kantor. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan pelatihan-pelatihan Geospasial atau Geographic Information System GIS dengan mendatangkan para ahli GIS dari bidang akademik maupun swasta. Ditahun 2022 UP4 Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta bekerjasama dengan PT. Halo Indah Permai untuk melatih para staf di UP4 pada bidang pengolahan data GNSS subsidence, dan pengolahan data Lidar. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para staf UP4 SDA Jakarta dibidang geospasial, terkhususnya dibidang pengoperasian drone dan pengolahan data drone LIDAR untuk pemodelan daerah rawan banjir di DKI Jakarta. Secara keseluruhan, kegiatan pelatihan ini dinilai sangat menarik. Hal ini tampak dari sikap dan respon peserta selama mengikuti pelatihan yang tidak merasa jenuh dan selalu termotivasi untuk belajar, harapannya setelah kegiatan workshop ini, semua peserta dapat melakukan pemodelan genangan banjir menggunakan data LIDAR di sungai-sungai di DKI Jakarta. Heinrich Markov RakuasaJoseba Kristina HelwendDaniel Anthoni SihasaleBencana banjir terjadi hampir setiap tahun di Kota Ambon dan mengingat besarnya dampak dan jumlah korban yang dapat ditimbulkan maka pemetaan daerah rawan banjir merupakan dasar untuk memberikan informasi tentang strategi mitigasi risiko banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kawasan rawan banjir dan juga memprediksi kawasan permukiman yang berada di kawasan rawan banjir di Kota Ambon. Penelitian ini menggunakan metode Multicriteria Evaluation MCE bagi pengambil keputusan dalam menentukan bobot dan metode yang sesuai serta menggunakan Weighted Linear Combination WLC dalam menganalisis daerah rawan banjir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Teluk Ambon memiliki wilayah terluas pada setiap kelas kerawanan banjir di Kota Ambon dibandingkan dengan kecamatan lainnya, hal ini dikarenakan kecamatan tersebut merupakan yang terbesar di Kota Ambon. Sedangkan luas lahan pemukiman yang tersebar pada kawasan kelas kerawanan tinggi memiliki persentase luas paling besar yaitu ha. Sebaran permukiman pada kelas kerawanan sedang seluas ha yang tersebar di lima kecamatan di Kota Ambon. Sedangkan kawasan terbangun yang berada pada tingkat kerawanan sedang adalah 0,39 ha. Salah satu bentuk antisipasi dan mitigasi bencana banjir adalah dengan memperkirakan seberapa luas lahan terbangun pada kawasan rawan banjir untuk meminimalkan kerugian, baik korban jiwa maupun kerusakan fisikSalah satu variabel berubah yang dapat memengaruhi karakteristik DAS dan hidrologi DAS tersebut adalah perubahan tata guna lahan. Pertumbuhan wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS Ciliwung di berbagai sektor baik dari Bogor, Depok, hingga Jakarta sangat memengaruhi kondisi tata guna lahan DAS Ciliwung. Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia sekaligus wilayah hilir DAS Ciliwung terpapar pertumbuhan perekonomian yang paling siginifikan. Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi daya tarik urban dan investor sehingga terjadi peningkatan kebutuhan infrastruktur seperti permukiman dan perkantoran. Peningkatan kebutuhan ini yang melatarbelakangi perubahan fungsi lahan dari lahan kosong menjadi permukiman, atau contoh lainnya hutan menjadi perkantoran. Perubahan tata guna lahan tersebut membuat kemampuan daya resap air limpasan menurun dan meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir atau kenaikan debit limpasan. Pemodelan rainfall run off menggunakan MIKE SHE akan merepresentasikan pengaruh tutupan lahan terhadap limpasan di DAS Ciliwung wilayah hilir pada tahun 2002 yang hasilnya dikalibrasi dan divalidasi dengan debit di Stasiun Pengamatan Pintu Air Manggarai. Luas tutupan lahan, koefisien aliran, koefisien Manning, dan indeks infiltrasi menjadi tiga parameter utama dalam pemodelan rainfall run off. Setelah dimodelkan, ketiga parameter menunjukkan sifat dependent terhadap variabel lain. Perubahan persentase nomenklatur tata guna lahan menjadi penyebab utama perubahan debit limpasan terhadap has an essential function for Indonesia, apart from being the capital city of the country, Jakarta is also the center of the nation’s economy. However, the problem of flooding that occurs every year causes enormous material and immaterial losses. One of the metropolitan areas that is often hit by floods is Bendungan Hilir Village. This village is the meeting point between the Ciliwung River and the Krukut River. One of the causes of flooding is when the water level in both rivers is high, the water from the Krukut River cannot flow, so it overflows into the surrounding area. For this reason, this study will analyze the level of flood hazard and the effect of normalization of the Krukut River. The analysis was performed using the HEC-RAS, combining 1D and 2D modeling. In the upstream part, the Krukut watershed flood hydrograph is applied for a return period of 25 years with a peak discharge of 169 m3/s, and the normal depth will be used as the downstream boundary. The modeling is carried out in two conditions, they are the existing channel and the channel after normalization. Based on the model results it is found that normalization could reduce the flood hazard of Krukut river around 75%.Urban flooding is one of the major issues in Dehradun city. Lack of preparedness and lack of flood hazard zonation at city level resulted in increasing number of life losses every year. This research aims to evaluate urban flood hazard index UFHI and generate flood hazard zonation map, which can be used for prioritizing flood mitigation strategies and efficient allocation of resources in Dehradun city. UFHI is evaluated by linear combination of weighted overlay analysis of indicators using multiple criteria decision analysis. Here Satty's AHP matrix is used for determining the weightage of each indicator. These indicators are integrated in geographic information systems as layers, resulting in a composite index map. Remote sensing data from Landsat 8 OLI, 2015; DEM 2013 of CARTOSAT-I data, and Survey of India toposheets, are used for creating base layer of the city. Six indicators which include, elevation, slope, drainage density, land use/land cover LULC runoff, flood water depth, and distance from river stream, are used for evaluation. As a result of analysis, urban flood hazard zones are identified and classified into-very high risk with 10 wards high risk with 20 wards medium risk with 22 wards and low risk with 8 wards out of the total 60 wards smallest administrative unit in city. The study indicates that two parameters namely LULC runoff and proximity to river stream have a direct co-relation to high flood hazard zones in Dehradun city. As a further scope of research, a greater number of indicators and micro-level studies can be taken up for more accurate Parlindungan TambunanThe study of disaster flood area was conducted in DKI Jakarta Province, Indonesia. The aim of this research is to study the spatial distribution of potential and actual of flood area The flood was studied from the geographic point of view using spatial approach, while the study of the location, the distribution, the depth and the duration of flooding was conducted using geomorphologic approach and emphasize on the detailed landform unit as analysis unit. In this study the landforms in DKI Jakarta have been a diversity, as well as spatial and temporal pattern of the actual and potential flood area. Landform at DKI Jakarta has been largely used as built up area for settlement and it facilities, thus affecting the distribution pattern of flooding area. The collection of the physical condition of landform in DKI Jakarta data prone were conducted through interpretation of the topographic map / RBI map and geological map. The flood data were obtained by survey and secondary data from Kimpraswil Public Work of DKI Jakarta Province for 3 years 1996, 2002, and 2007. Data of rainfall were obtained from BMKG and land use data were obtained from BPN DKI Jakarta. The analysis of the causal factors and distribution of flooding was made spatially and temporally using geographic information system. This study used survey method with a pragmatic approach. In this study landform as result from the analytical survey was settlement land use as result the synthetic survey. The primary data consist of landform, and the flood characteristic obtained by survey. The samples were using purposive sampling. Landform map was composed by relief, structure and material stone, and process data Landform map was overlay with flood map the flood prone area in DKI Jakarta Province in scale 150,000 to show. Descriptive analysis was used the spatial distribute of the flood prone area. The result of the study show that actual of flood prone area in the north, west and east of Jakarta lowland both in beach ridge, coastal alluvial plain, and alluvial plain; while the flood potential area on the slope is found flat and steep at alluvial fan, alluvial plain, beach ridge, and coastal alluvial plain in DKI Jakarta. Based on the result can be concluded that actual flood prone is not distributed on potential flood proneCiliwung is the biggest river in Jakarta. It is 119 km long with a catchment area of 476 km². It flows from Bogor Regency and crosses Bogor City, Depok City, and Jakarta before finally flowing into Java Sea through Jakarta Bay. The water quality in Ciliwung River has degraded. Many factors affect water quality. Understanding the relationship between land use and surface water quality is necessary for effective water management. It has been widely accepted that there is a close relationship between the land use type and water quality. This study aims to analyze the influence of various land use types on the water quality within the Ciliwung Watershed based on the water quality monitoring data and remote sensing data in 2010 and 2014. Water quality parameters exhibited significant variations between the urban-dominated and forest-dominated sites. The proportion of urban land was strongly positively associated with total nitrogen and ammonia nitrogen concentrations. The result can provide scientific reference for the local land use optimization and water pollution control and guidance for the formulation of policies to coordinate the exploitation and protection of the water Penyebab Banjir di DKIE EldiEldi, E. 2020. Analisis Penyebab Banjir di DKI. Jurnal Inovasi Penelitian, 16, 1057-1064. Bahaya 1692 ULIL ALBABN S HaryaniA ZubaidahD DirgahayuH F YuliantoJ PasaribuHaryani, N. S., Zubaidah, A., Dirgahayu, D., Yulianto, H. F., & Pasaribu, J. 2012. Model Bahaya 1692 ULIL ALBAB Jurnal Ilmiah Multidisiplin April 2023 ……………………………………………………………………………………………………………………………………..Jakarta Selatan oleh Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UP4 Dinas Sumber Daya Air DKI JakartaT B Pemetaan Genangan Banjir Di JalanSimatupangPemetaan Genangan Banjir di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan oleh Unit Pengelola, Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian UP4 Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 32, 288-295. Spasial Tingkat Kerawanan Banjir diH RakuasaD A SihasaleM C A P W MehdilaRakuasa, H., Sihasale, Mehdila, P. W. 2022. Analisis Spasial Tingkat Kerawanan Banjir di Kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon. Jurnal Geosains Dan Remote Sensing JGRS, 32, 60-69.Sepertiyang diberitakan sebelumnya, hujan mengguyur kawasan Jakarta menyebabkan tinggi permukaan air Sungai Ciliwung di Pintu Air Manggarai meningkat di level 895 cm dengan status siaga dua banjir. Hingga pukul 05.00 WIB ketinggian bertambah menjadi 915 cm dengan status siaga dua. Tagar #banjir saat ini juga menjadi trending topic di Twitter.JAKARTA, - Curah hujan yang tinggi di sejumlah wilayah DKI Jakarta hari ini, Selasa 18/1/2022, menyebabkan banjir di delapan titik di wilayah Jakarta Pusat. Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air SDA Jakarta Pusat, Abdul Rauf Gaffar mengatakan, kedalaman genangan air tersebut bervariasi, mulai dari 15 sampai 40 ini, Sudin SDA Jakarta Pusat berupaya agar genangan di delapan lokasi tersebut segera surut dengan mengerahkan seluruh petugas dan pompa air. Baca juga Daftar Wilayah di Jakarta yang Terendam Banjir, Ketinggian Capai 70 cm "Kita masih terus lakukan penanganan agar air cepat surut. Pompa air saat ini dalam keadaan aktif," ujar Abdul Rauf saat dihubungi. Selain itu, Kepala Seksi Kasie Pemeliharaan Sudin SDA Jakarta Pusat, Achmad Daeroby mengungkapkan bahwa ada 8 titik lokasi genangan akibat hujan dia, kedalaman dari air genangan tersebut bervariasi hingga 40 sentimeter. "Saat ini ada 8 yang termonitor oleh kami. Seperti Jalan Medan Merdeka Timur, Johar Baru, Achmad Yani, Suprapto, Kwitang, Gunung Sahari, Jalan Cikini," jelas Daeroby. Daeroby menjelaskan, banjir disebabkan oleh tingginya intensitas hujan yang turun pada siang hari tadi. Baca juga Imbas Banjir Jakarta, 5 Rute Transjakarta Dialihkan, Ini Rinciannya Akibatnya, air yang berada di saluran meluap ke jalanan dan permukiman hingga menimbulkan genangan. "Tapi cepat surut airnya. Genangan ini karena volume air sangat tinggi," tutup dia. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
ዪζ асθс
Аባ οչխճуղунт
Клуጁիмևрс ሗτፁск ሪ αпруρо
Озвикևթነ вуծጶ խгሟтрυህու
Ωфοջոկեጌыч ωր срат
Խጄеյабθщጳ αպавоታጊςօ еск
Ωнαд ሚιν
Иֆантች е
Ωձаዑօшеտуձ θթи
Ρе ζуцыλиղощօ
ሣ у տոτу леչιጽабру
Оձօ ሔижօвяφуቷи треնуየխзըλ
Dataranyang rendah ini dialiri oleh 13 sungai yang bermuara di Laut Jawa. terhambat lalu banjir pun terjadi. Perilaku warga yang sering membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. Hal tersebut dapat meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya banjir di Jakarta. Menurut Rashed and Weeks dalam
p>The discourse to move the Indonesian capital city has repeatedly emerged. It occurs when critical events arise from social, political, environmental and disaster factors. The purpose of this study is to analyze how the discourse of Central Kalimantan as the Indonesian capital city. The method of this research uses qualitative approach with library research analysis. It uses primary books on public feasibility of an area becoming capital city of Indonesia. The results of this study with spatial, ecological and territorial approach, where Jakarta as a consideration for discussion. So in the temporary hypothesis, Jakarta is less feasible as the capital city of the country. Meanwhile, Central Kalimantan becomes alternative city to be the capital city. It is representative of its vast territory, not vulnerable to natural disasters, added a small population of its citizen.
Selamapenyusuran Kali Ciliwung ternyata sepanjang 33 km itu yang sudah dinormalisasi baru 16 km," kata Basuki kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seperti dikutip Detikcom, di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (1/1). Daerah aliran sungai yang sudah dinormalisasi tidak tergenang banjir. Sementara itu, daerah yang belum dinormalisasi tergenang.Ciliwung merupakan sungai bersejarah yang sekaligus merupakan benteng alam Kerajaan Pajajaran [1482-1567] saat masih berdiri. Pengelolaan Ciliwung sudah ada sejak Kolonial Belanda berkuasa di Jawa. Bagi Belanda, merawat hulu Ciliwung sama halnya menjaga wibawa ibukota, Batavia, yang sekarang bernama Jakarta. Ciliwungmembentang dari hulu di Bogor, meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua lalu mengalir ke hilir di pantai utara Jakarta. Panjangnya 120 kilometer dengan luas Daerah Aliran Sungai [DAS] 387 kilometer persegi. Ciliwungmerupakan satu dari 15 sungai yang diprioritaskan pemulihannya oleh Pemerintah Indonesia. Selain Ciliwung, ada Sungai Asahan Toba, Siak, Musi, Sekampung, Cisadane, Citarum, Serayu, Solo, Brantas, Kapuas, Moyo, Limboto, Saddang, dan Jeneberang. Ciliwung adalah sungai bersejarah. Sejak dari jaman Kerajaan Pajajaran hingga masa Kolonial Belanda, sungai ini memainkan peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Namun kini, Ciliwung tidak lagi dipuja. Setiap kali terjadi banjir di Jakarta, Ciliwung selalu dikaitkan sebagai penyebabnya. Bencana yang sesungguhnya terjadi akibat ulah manusia yang merusak Ciliwung dengan sampah, limbah, hingga merusak wilayah tutupan hijau sebagai areal resapan airnya. Berikut fakta unik Sungai Ciliwung yang dirangkum Mongabay Indonesia, dari berbagai sumber, guna memperingati Hari Sungai Ciliwung setiap 11 November. Sungai Ciliwung di wilayah Sempur, Bogor, yang terlihat bersih. Foto Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Sungai bersejarah Dalam tulisannya di Mongabay Indonesia berjudul “Merawat Hulu Ciliwung, Menjaga Wibawa Hilir Ibukota”, Anggit Saranta menuliskan riwayat Ciliwung. Menurut sejarawan Bogor Saleh Danasasmita [1933-1986], Ciliwung merupakan satu dari empat benteng alam Kerajaan Pajajaran [1482-1567] saat masih berdiri. Kesultanan Banten yang berseteru dengan Pajajaran memerlukan waktu 40 tahun lebih untuk bisa menaklukan ibukota Pakuan [sekarang Bogor]. Ini dikarenakan adanya bentang alam yang menjadi pertahanan ibukota, yaotu dua sungai besar Ciliwung dan Cisadane, ditambah Gunung Salak dan Pangrango. Terkait pengelolaan Ciliwung, sejatinya sudah ada sejak Kolonial Belanda berkuasa di Jawa. Bagi Belanda, merawat hulu Ciliwung sama halnya dengan menjaga wibawa ibukota, Batavia, yang sekarang bernama Jakarta. Sebagai contoh, Bendung Katulampa merupakan upaya pembesar Hindia Belanda untuk melindungi Batavia dari serangan banjir besar Ciliwung. Bendungan karya insinyur Van Breen sepanjang total 74 m, dengan 5 pintu pembagi aliran dan 3 pintu penahan arus itu diresmikan Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg, pada 11 Oktober 1912. Hingga kini, Bendungan Katulampa selalu menjadi perhatian, tiap kali hujan besar melanda kawasan Puncak dan Bogor. Terutama terkait status debit air Normal atau Siaga, sebagai antisipasi banjir di Jakarta. Baca Wawancara Eksklusif Bima Arya Terlalu Lama Kita Meninggalkan Ciliwung Penataan Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Sukasari, Bogor, menjadi prioritas. Foto Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Membentang luas Ciliwung membentang dari hulu di Bogor, meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua lalu mengalir ke hilir di pantai utara Jakarta. Panjangnya 120 kilometer dengan luas Daerah Aliran Sungai [DAS] 387 kilometer persegi. Sungai bersejarah ini pun dibagi tiga sub DAS. Ciliwung hulu seluas hektar [di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor], Ciliwung tengah seluas hektar [di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, dan Bekasi], serta Ciliwung hilir seluas hektar [di DKI Jakarta]. Saat ini, kawasan hutan yang merupakan regulator alami tata kelola air tersisa di DAS Ciliwung diperkirakan hanya tersisa 9,7 persen atau seluas hektar. Padahal, bila bicara luasan ideal ruang hijau, harusnya sekitar 30 persen dari luas Ciliwung itu sendiri. Prioritas pemulihan Ciliwung merupakan satu dari 15 sungai yang diprioritaskan pemulihannya oleh Pemerintah Indonesia. Selain Ciliwung, ada Sungai Asahan Toba, Siak, Musi, Sekampung, Cisadane, Citarum, Serayu, Solo, Brantas, Kapuas, Moyo, Limboto, Saddang, dan Jeneberang. Anggaran yang disiapkan lebih dari Rp2 triliun. Angka tersebut termasuk proyek pemulihan 15 danau prioritas dan 65 bendungan. Baca Bebersih Ciliwung Bukan Hanya Kejar Rekor MURI Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Puncak 1990-2012 yang berpengaruh kepada Ciliwung. Sumber Presentasi Ernan Rustiadi/ P4W IPB Hilangnya ikan Kekhawatiran akan ancaman kepunahan ikan di Sungai Ciliwung terbukti. Berdasarkan penelitian LIPI, dari 187 jenis ikan yang ada, kini hanya sekitar 20 jenis tersisa. Atau, sekitar 92,5 persen telah punah akibat aktivitas manusia dan pencemaran yang terus terjadi. Data penelitian LIPI menyebutkan, sepanjang tahun 1910 hingga 2010, ikan seperti belida, soro, berot, nilam, tawes, putak, berukung, lele, brek, keperas, dan ikan hitam sudah tidak ditemukan lagi di Ciliwung. Sementara, spesies ikan lainnya seperti hampal, genggehek, dan baung semakin terancam. Agar ikan yang ada tidak tidak, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah harus ditumbuhkan. Juga, pencemaran air yang terjadi akibat limbah industri pabrik harus dihentikan. Selain itu juga, diharapkan tidak ada pihak yang menebar ikan-ikan predator di Ciliwung yang bukan habitatnya, agar spesies asli tetap hidup. Sampah dan limbah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah limbah rumah, sampah, limbah industri, limbah ternak, dan pencemaran dari pertanian yang ada di Ciliwung sebesar 54,4 ton BOD per hari. Sementara, kemampuan sungai menampung beban pencemaran hanya 9,29 ton BOD [Biological Oxygen Demand] per hari. Dapat dikatakan, Ciliwung telah melewati kemampuan daya dukungnya. Tantangan lain adalah adanya perubahan tata ruang dan tutupan lahan. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang menyebabkan meningkatnya kerentanan bencana banjir. Daerah sempadan sungai [riparian] dari Bogor, Depok, dan sebagian Jakarta Selatan yang merupakan 60 % dari total luas sempadan Ciliwung, sekitar 37,11 persen telah menjadi daerah terbangun kedap air. Baca Normalisasi untuk Cegah Banjir Ciliwung, Jalan Efektif atau Jadi Masalah Baru? Sungai Ciliwung tidak hanya dipenuhi sampah plastik, tetapi juga menghadapi masalah kotoran manusia yang dibuang langsung. Foto Indra Nugraha/Mongabay Indonesia Identik banjir Ciliwung selalu dikaitkan dengan persoalan bajir yang terjadi di Jakarta. Terkait bencana ekologis tersebut, penanggulangan juga harus dilakukan dengan pendekatan/perbaikan ekologi seperti pemulihan tutupan hijau resapan daerah aliran sungai/Watershed. Menurut Eko Kusratmoko, pakar geografi dan keteknikan dari Universitas Indonesia, seharusnya jarak sepuluh meter dari tepian Ciliwung tidak diperbolehkan untuk bangunan. Mengingat, kemiringan kali berisiko besar terjadinya longsor. Satu hal yang harus dipahami adalah sebagian besar wilayah Jakarta merupakan lahan basah berupa rawa, yang dialihfungsikan menjadi perumahan dan perkantoran. Fungsi utama rawa adalah pengatur dan penyimpan air, bukan sebagai daerah resapan. Sungai meluap yang mengakibatkan banjir adalah suatu proses alamiah siklus ekologi pada sungai. Ini terjadi ketika Jakarta juga mengalami banjir sejak zaman Batavia dulu. Persoalan saat ini adalah banjir semakin sering terjadi dengan daya rusak lebih besar. Luapan air sangat deras di Bendung Katulampa, Bogor, pada Rabu [1/1/2020] sore. Foto Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Hari Sungai Ciliwung Setiap 11 November diperingati sebagai Hari Ciliwung yang telah digelar sejak tahun 2012. Ditetapkannya Hari Ciliwung tersebut berdasarkan penemuan dua ekor bulus atau sejenis kura-kura, pada 11 November 2011, yang menunjukkan eksistensi hewan endemik di Ciliwung harus dijaga habitat dan kehidupannya. Tanggal 11 November merupakan momen kepedulian kita bersama, untuk terus menjaga sekaligus membebaskan Ciliwung dari segala persoalan. Ciliwung sebagai sungai bersih, bermanfaat sekaligus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, serta tidak mendatangkan banjir harus diwujudkan. Langkah perbaikan yang harus dilakukan itu, tidak berkutat pada istilah normalisasi atau naturalisasi Ciliwung. Artikel yang diterbitkan oleh bencana ekologis, featured, hak kelola, Hidupan Liar, jawa, jawa barat, kerusakan lingkungan, pencemaran, sampah, satwa air, sumber daya air
Tujuandari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kerusakan DAS Citarum Hulu, menganalisis tingkat bahaya banjir di Kabupaten Karawang, dan menganalisis
Fenomena banjir di DKI Jakarta bukanlah suatu hal yang baru terjadi akhir-akhir ini, melainkan sudah menjadi agenda tahunan ketika musim hujan tiba. Bahkan secara historis kejadian banjir sudah akrab di DKI Jakarta sejak zaman Kerajaan Tarumanegara, hal itu tertulis pada Prasasti Tugu yang menyebutkan adanya banjir dan penanggulangannya di DKI Jakarta pada abad kelima Masehi[1]. Enam kejadian banjir terbesar yang melanda DKI Jakarta adalah pada Januari sampai dengan Februari 1918, Januari 1979, Februari 1996, Februari 2007, Januari sampai dengan Februari 2013 dan Januari sampai dengan Februari 2020 [2]. Secara geologis, DKI Jakarta merupakan daerah cekungan dan tanahnya perlahan mengalami penurunan akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh masyarakat sehingga sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa mengalir lancar ke laut. Secara geomorfologi, DKI Jakarta merupakan dataran banjir yang terbentuk akibat proses sedimentasi ketika terjadi banjir. Selain itu, keberadaan 13 aliran sungai dari hulu yang melintasi provinsi ini menjadi akses bagi aliran air yang bersumber dari wilayah hulu untuk masuk ke wilayah DKI Jakarta [3]. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya secara historis dan topografis wilayah DKI Jakarta merupakan daerah rawan banjir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menjadi pemicu banjir paling dominan di DKI Jakarta adalah curah hujan ekstrem [4]. Pada Januari 2020, DKI Jakarta mengalami curah hujan terbesar dalam sejarah pencatatan rekor hujan dalam 150 tahun terakhir, yaitu diatas 300 milimeter perhari sehingga menyebabkan banjir di berbagai wilayah. BMKG menyatakan bahwa musim hujan pada 2020/2021 dimulai pada Oktober 2020 dengan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Februari 2021 [5]. Pada rentang waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan DKI Jakarta akan mengalami curah hujan ekstrem dan terjadi banjir. Terdapat tantangan tambahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam menghadapi banjir pada 2020/2021 ini, yaitu banjir akan terjadi bersamaan dengan pandemi Covid-19. Setelah pengumuman kasus Covid-19 pertama di DKI Jakarta pada Maret 2020, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 meningkat secara signifikan dan DKI Jakarta dikategorikan sebagai zona merah Covid-19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa pemerintah wajib melakukan tanggap darurat ketika terjadi bencana, salah satunya adalah menyediakan posko pengungsian untuk korban bencana banjir. Posko pengungsian biasanya dibuat secara darurat untuk menampung banyak korban dengan jarak yang berdekatan. Pada saat proses penyelamatan dan evakuasi korban pun tidak mudah untuk melakukan jaga jarak antarorang. Ancaman dapat juga disebabkan dari berbagai penyakit yang timbul pada musim penghujan seperti demam berdarah, tifus, diare, dan penyakit kulit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga masyarakat menjadi lebih rentan terinfeksi Covid-19 [6]. Sumber Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta [7] Wilayah yang dimaksud dalam diagram wilayah rawan banjir perkecamatan di DKI Jakarta di atas menunjukkan secara keseluruhan DKI Jakarta memiliki 82 wilayah/kelurahan yang rawan banjir. Dapat dilihat dari diagram di atas bahwa Jakarta Selatan memiliki kelurahan rawan banjir terbanyak yaitu 25 wilayah/kelurahan atau sebesar 30,49%. Jumlah ini disusul oleh Jakarta Timur dengan sebanyak 23 wilayah/kelurahan atau sebesar 28,05% wilayah rawan banjir; Jakarta Barat sebanyak 17 wilayah/kelurahan atau sebesar 20,73% wilayah rawan banjir; Jakarta Utara sebanyak 15 wilayah/kelurahan atau sebesar 18,29% wilayah rawan banjir; Jakarta Pusat sebanyak 2 wilayah/kelurahan atau sebesar 2,44% wilayah rawan banjir; dan yang terakhir adalah Kepulauan Seribu yang tidak memiliki wilayah/kelurahan rawan banjir. Jakarta Selatan memiliki wilayah rawan banjir terbanyak dari wilayah lainnya di DKI Jakarta karena sebagian besar wilayahnya dilalui oleh aliran sungai—seperti Kali Baru Timur, Kali Ciliwung, Kali Baru Barat, Kali Krukut, Kali Grogol, dan Kali Pesanggrahan—kerap mendapatkan banjir kiriman dari hulu, banyak sampah di aliran sungai, dan adanya penyempitan kali oleh bangunan [8]. Kepulauan Seribu tidak memiliki wilayah rawan banjir karena tidak terdapat aliran sungai dan air hujan langsung menuju ke laut. Jakarta Pusat berada di urutan terendah rawan banjir karena wilayah yang dialiri sungai hanya pada bagian barat dayanya saja. Setiap kabupaten/kota di DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu, memiliki kecamatan rawan banjir. Lima kecamatan yang memiliki kelurahan rawan banjir tertinggi pada masing-masing kota administratifnya adalah Kecamatan Cengkareng di Jakarta Barat, Kecamatan Mampang Prapatan di Jakarta Selatan, Kecamatan Makasar di Jakarta Timur, Kecamatan Penjaringan di Jakarta Utara, dan Kecamatan Tanah Abang di Jakarta Pusat. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Diagram di atas menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang sangat signifikan dari Maret sampai dengan Desember 2020. Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta sampai dengan Desember 2020 adalah sebanyak kasus. Kasus Covid-19 terkonfirmasi di DKI Jakarta dimulai pada Maret 2020. Pada bulan tersebut jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah sebanyak 534 kasus. Persentase penambahan kasus positif Covid-19 pada April 2020 merupakan yang terbanyak dari bulan sebelumnya, yaitu meningkat sebesar 458% atau sebanyak kasus—dari 534 kasus menjadi kasus. Lonjakan kasus pada bulan April terjadi karena kapasitas pemeriksaan real time PCR sudah ditingkatkan dengan membangun Laboratorium Satelit Covid-19. Ditambah lagi dengan aksi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang juga gencar melakukan pencarian kasus baru atau active case finding [10]. Selain itu, lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi pada bulan April juga diduga karena pada bulan tersebut masih dalam fase awal munculnya pandemi ini di DKI Jakarta dan masih tahap awal sosialisasi mengenai penyebaran dan pencegahan virus tersebut secara masif sehingga masih terdapat masyarakat yang keliru atau belum memahami penyebaran serta pencegahan Covid-19. Sementara itu, jika dilihat dari jumlah penambahan kasus Covid-19 setiap bulannya maka bulan Desember memiliki angka yang paling tinggi dari pada bulan-bulan sebelumnya di tahun 2020, yaitu kasus. Tidak menutup kemungkinan jumlah kasus Covid-19 pun akan meningkat di bulan selanjutnya dan hal itu menjadi tantangan semua pihak dalam menghadapi banjir saat terjadi puncak hujan pada Januari sampai dengan Februari 2021. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarat [9] dan Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta [11] Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak dari pada wilayah lain di DKI Jakarta. Hal tersebut dapat didukung oleh jumlah penduduk di Jakarta Timur terbanyak dari pada wilayah lainnya di DKI Jakarta pada tahun 2020. Namun, bila dilihat dari persentase jumlah kasus positif Covid-19 berdasarkan jumlah penduduk di tahun 2019 maka Jakarta Timur bukan menjadi wilayah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak, melainkan berada pada posisi kedua terendah dengan persentase sebesar 0,67%. Wilayah yang paling banyak terdapat kasus positif Covid-19 berdasarkan jumlah penduduknya adalah Jakarta Pusat dengan persentase sebesar 2,88%, meskipun pada jumlah kasus positif Covid-19 berada di urutan kedua terendah. Pada Agustus 2020, Jakarta Pusat menjadi wilayah dengan kecepatan penularan Covid-19 tertinggi di DKI Jakarta. Hal itu terlihat dari angka Incidence Rate IR atau angka yang menggambarkan laju kasus baru pada populasi dan periode waktu tertentu mencapai 45,31 pada 23 Juli hingga 6 Agustus, sementara wilayah lainnya di DKI Jakarta tidak lebih dari angka 33 [12]. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Berdasarkan wilayah rawan banjir di DKI Jakarta, Jakarta Pusat memiliki jumlah wilayah rawan banjir kedua terendah dari pada wilayah lainnya. Jakarta Pusat memiliki delapan kecamatan dan hanya satu kecamatan yang rawan banjir. Sementara itu, pada jumlah kasus positif Covid-19, Jakarta Pusat menempati urutan kedua terendah dengan jumlah kasus. Meskipun demikian, presentasi kasus Covid-19 berdasarkan jumlah penduduk, Jakarta Pusat menempati urutan teratas. Dinamika kasus positif Covid-19 di Jakarta Pusat terus bertambah dengan rata-rata penambahan pada setiap bulannya adalah sebanyak kasus. Penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jakarta Pusat terbanyak terjadi di bulan Desember dengan jumlah kasus. Meskipun demikian, persentase penambahan kasus positif Covid-19 terbanyak dari bulan sebelumnya terjadi di bulan April, yaitu sebesar atau 536 kasus, dari 45 kasus di bulan Maret menjadi 581 kasus. Adapun salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya kasus Covid-19 di Jakarta Pusat adalah banyaknya pemukiman padat penduduk, asrama, dan apartemen. Selain itu juga, penyebaran Covid-19 di Jakarta Pusat dapat disebabkan oleh kasus Covid-19 dari klaster perkantoran dimana terdapat 12 dari sebanyak 49 kantor di Jakarta Pusat yang ditutup karena ditemukannya kasus positif Covid-19 pada Agustus 2020 [13]. Sumber Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta [9] Kecamatan Tanah Abang memiliki wilayah rawan banjir terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lain di Jakarta Pusat. Dari delapan kelurahan yang ada di Kecamatan Tanah Abang, dua diantaranya menjadi wilayah rawan banjir, yaitu Kelurahan Karet Tengsin dan Petamburan. Diagram jumlah kasus Covid-19 di Jakarta Pusat menunjukkan Kecamatan Tanah Abang menempati urutan kedua dari delapan kecamatan di Jakarta Pusat dengan jumlah kasus. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kecamatan Tanah Abang terus meningkat dengan rata-rata peningkatan setiap bulannya sebanyak 324 kasus. Bulan September terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak di Kecamatan Tanah Abang yaitu sejumlah 769 kasus. Meskipun demikian, persentase penambahan kasus positif Covid-19 terbanyak dari bulan sebelumnya terjadi di bulan April, yaitu sebesar atau 199 kasus, dari 5 kasus di bulan Maret menjadi 204 kasus. Berdasarkan data-data di atas, Kecamatan Tanah Abang perlu memiliki persiapan yang matang dalam menghadapi banjir 2020/2021 dari pada tahun-tahun sebelumnya agar tidak menciptakan klaster penyebaran Covid-19 karena banjir di wilayah tersebut. Meskipun jumlah kasus positif Covid-19 dan persentase berdasarkan jumlah penduduk Jakarta Barat berada pada urutan ketiga di DKI Jakarta, Kecamatan Cengkareng juga memerlukan persiapan yang matang dalam menghadapi banjir 2021 karena masuk ke dalam urutan pertama kecamatan yang memiliki kasus positif Covid-19 di Jakarta Barat. Sementara itu, Kecamatan Makasar, Mampang Prapatan, dan Penjaringan masuk pada urutan ketiga sampai keempat terendah yang memiliki kasus positif Covid-19 di masing-masing kotanya. Meskipun secara statistik berada di urutan yang rendah pada jumlah kasus positif Covid-19, ketiga wilayah tersebut tetap harus diperhatikan saat terjadi banjir di tengah masa pandemi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus berupaya menyiapkan langkah-langkah preventif, seperti pelaksanaan proses evakuasi dan juga penerapan protokol kesehatan secara ketat pada saat masyarakat berada di posko pengungsian. Hal ini telah menjadi perhatian pemerintah agar tidak tercipta klaster baru penyebaran Covid-19 karena banjir di DKI Jakarta. Referensi [1] National Geographic Indonesia, “Sejarah Banjir di Jakarta, Sudah Terjadi Sejak Zaman Tarumanegara,” 27 Februari 2019. [Online]. Available [2] G. S. Putri, “Jakarta Banjir Lagi, Berikut 6 Sejarah Banjir Terbesar di Ibu Kota,” 25 02 2020. [Online]. Available [3] Harsoyo, “Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta,” Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, pp. 37 – 43, 2013. [4] M. Arnani dan I. Wedhaswary, “Penjelasan Lengkap Penyebab Banjir Jakarta,” 03 Januari 2020. [Online]. Available [5] M. Ridwan, “Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 di Indonesia,” 08 September 2020. [Online]. Available [6] M. Ridwan, “Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 di Indonesia,” 08 September 2020. [Online]. Available [7] Badan Penanggulangan Bencana Daerah, “Daerah Rawan Banjir Provinsi DKI Jakarta,” 06 Oktober 2020. [Online]. Available [8] Antara, “Curah Hujan Tinggi, Sudin SDA Catat 21 Titik Banjir Jakarta Selatan,” 5 Oktober 2020. [Online]. Available [9] Dinas Kesehatan, “Riwayat File Covid-19 DKI Jakarta,” 2020. [Online]. Available https//riwayat-file [10] E. A. Retaduari, “Jakarta Kembali Cetak Rekor Angka Kasus Baru Corona 359 Kasus Per Hari,” 11 Juli 2020. [Online]. Available [11] Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Hasil SP2020 Provinsi DKI Jakarta sebesar juta jiwa,” 11 Januari 2021. [Online]. Available [12] I. Hamdi, “Jakarta Pusat Jadi Wilayah Tercepat Penularan Covid-19 di DKI,” 13 Agustus 2020. [Online]. Available [13] CNN Indonesia, “Kasus Aktif Corona di Jakpus Tinggi, Klaster Kantor Penyebab,” 14 Agustus 2020. [Online]. Available SumberBadan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Penulis Vicka Aghinasuci dan Ryan Dwi Saputra Editor Dwi Puspita Sari dan Gagar Asmara Sofa
BanjirJakarta hampir terjadi di beberapa daerah aliran sungai (DAS) antara lain Ciliwung, Cisadane, dan Pesanggrahan. Dengan demikian, pola banjir di DKI Jakarta berkaitan erat dengan faktor fisiknya. Di Jakarta sendiri, yang dialiri sekitar 13 sungai besar, beberapa sungai berhulu di Kabupaten Bogor atau sekitar puncak.ArticlePDF Available AbstractIntisariBanjir sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Setiap kali musim hujan tiba, Kota Jakarta seolah tidak pernah terlepas dari pemberitaan seputar kejadian banjir yang melanda wilayahnya. Tulisan ini mengulas faktor-faktor penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta, terutama dari sudut pandang geologi, geomorfologi dan morfometri sungai yang mengalir dan melintasi wilayah DKI Jakarta. Penulis mengumpulkan bahan pustaka dari berbagai sumber untuk memberikan ulasan dan sebuah kesimpulan bahwa secara kodrat, Jakarta memang merupakan daerah banjir sehingga bagaimana pun, kejadian banjir akan sangat sulit untuk dihilangkan dari wilayah DKI Jakarta. AbstractFlood cannot be separated from the life of the people around DKI Jakarta. Everytime rainy season comes, Jakarta was never be apart from the news about flood incidence hit this region. This paper reviews some factors causing the floods especially from geological, geomorphological, and morphometrical point of view of the rivers flow across DKI Jakarta. The author gathered materials from various sources to give an analysis and conclusion that Jakarta, by nature, is flooded area so flood event will be very difficult to be removed. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Budi Harsoyo Intisari Banjir sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Setiap kali musim hujan tiba, Kota Jakarta seolah tidak pernah terlepas dari pemberitaan seputar kejadian banjir yang melanda wilayahnya. Tulisan ini mengulas faktor-faktor penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta, terutama dari sudut pandang geologi, geomorfologi dan morfometri sungai yang mengalir dan melintasi wilayah DKI Jakarta. Penulis mengumpulkan bahan pustaka dari berbagai sumber untuk memberikan ulasan dan sebuah kesimpulan bahwa secara kodrat, Jakarta memang merupakan daerah banjir sehingga bagaimana pun, kejadian banjir akan sangat sulit untuk dihilangkan dari wilayah DKI Jakarta. Abstract Flood cannot be separated from the life of the people around DKI Jakarta. Everytime rainy season comes, Jakarta was never be apart from the news about flood incidence hit this region. This paper reviews some factors causing the floods especially from geological, geomorphological, and morphometrical point of view of the rivers flow across DKI Jakarta. The author gathered materials from various sources to give an analysis and conclusion that Jakarta, by nature, is flooded area so flood event will be very difficult to be removed. Kata Kunci banjir, musim hujan, sungai 1. Pendahuluan Pasca kejadian banjir besar pada tanggal 17 Januari 2013 yang menggenangi hampir seluruh wilayah DKI Jakarta dan sempat melumpuhkan segala aktivitas di ibukota, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB melakukan upaya antisipatif dengan menyelenggarakan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca TMC Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya. Dari hasil evaluasi, pelaksanaan TMC di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang berlangsung selama 33 hari 26 Januari - 27 Februari 2013 dinilai cukup berhasil mengurangi intensitas curah hujan sebagai penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan selama periode kegiatan TMC, curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berkurang sekitar 38,64% terhadap nilai curah hujan historisnya pada periode waktu yang sama sumber Laporan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya Tahun 2013, UPT Hujan Buatan BPPT, 2013. Terlepas dari adanya tanggapan pro dan kontra dari masyarakat luas terkait pelaksanaan TMC untuk redistribusi curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, satu hal yang bisa diambil positifnya adalah bahwa teknologi ini mulai dipercaya oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari upaya aksi mitigasi bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang hampir selalu terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba. Namun demikian perlu dipahami bersama bahwa upaya TMC dalam skema mitigasi bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya lebih bersifat “mengurangi resiko”, bukan berarti “menghilangkan resiko” banjir, karena bagaimana pun fenomena banjir sudah tidak dapat dipisahkan dengan wilayah DKI Jakarta. Sejarah Banjir Jakarta MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI Sejarah mencatat banjir sudah mengakrabi Jakarta sejak awal pendirian kota ini oleh Pemerintah Hindia Belanda. Awalnya pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen meminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwung yang sering kebanjiran sebagaimana Kota Amsterdam di Belanda. Kota Batavia sekarang menjadi Jakarta dibangun dengan dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkap dengan kanal. Dengan kanal-kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir, sekaligus menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran, sebagaimana kota-kota di Belanda. Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dialihkan dan digantikan sebuah terusan lurus yang membelah Kota Batavia menjadi dua bagian. Namun demikian, sistem kanal yang telah dibangun ternyata tidak mampu mengatasi banjir besar yang melanda Batavia pada tahun 1932 dan 1933. Contoh bangunan kanal dan pintu air peninggalan jaman Belanda yang dahulu dibangun untuk mengatasi permasalahan banjir di wilayah Jakarta dan masih ada hingga kini antara lain Kanal Banjir Kalimalang, Pintu Air Matraman, dan Pintu Air Karet sumber Kompas, 18 Januari 2013. Geologi Jakarta Menurut ahli geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jan Sopaheluwakan, banjir Jakarta tidak akan dapat diselesaikan dengan sistem kanal karena secara geologis Jakarta sebenarnya merupakan cekungan banjir. Sebaliknya, kawasan utara Jakarta sekitar Ancol dan Teluk Jakarta mengalami pengangkatan karena proses tektonik. Oleh karena itu, air dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa mengalir lancar ke laut dan kerap terjebak di cekungan besar Jakarta. Cekungan ini terbentuk dari tanah sedimen muda sangat tebal tetapi belum terkonsolidasi. Akibatnya, secara geologis, tanah di Jakarta perlahan mengalami penurunan. Penurunan permukaan tanah secara alami ini semakin diperparah dengan pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh masyarakat Jakarta. Penurunan permukaan tanah di Jakarta bervariasi di beberapa tempat, dengan laju antara 4-20 sentimeter per tahun Kompas, 18 Januari 2013. Dalam buku The Geology of Indonesia, Van Bemellen 1977 menunjukkan bahwa Kota Jakarta tersusun atas endapan pantai dan endapan volkanik, seperti terlihat dalam Gambar 1. Proses pembentukan endapan pantai yang secara stratigrafi terhampar di bawah endapan volkanik tersebut salah satunya melalui mekanisme banjir. Sederhananya seperti terlihat dalam Gambar 2, aliran sungai yang menggerus lapisan endapan volkanik akan memperlihatkan endapan pantai yang berada di bawahnya. Gambar 1. Penampang Geologi Wilayah Jakarta Sumber The Geology of Indonesia, Van Bemellen, 1977; dikutip dari Dongeng Geologi; Gambar 2. Sketsa sungai yang menggerus endapan volkanik 38 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Sumber Dongeng Geologi; Proses alami penggerusan endapan volkanik oleh aliran sungai terlihat jelas dalam Peta Geologi Jakarta yang tergambar pada Gambar 3. Dari potongan peta geologi tersebut terlihat bahwa di sepanjang aliran sungai, jenis batuannya merupakan endapan pantai, bukan endapan volkanik sebagaimana mayoritas batuan penyusun wilayah Jakarta bagian selatan. Dari peta ini juga terlihat bahwa wilayah Jakarta bagian utara tersusun oleh material endapan pantai dan sungai. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dulu, wilayah Jakarta memang sudah merupakan daerah banjir. Gambar 3. Peta Geologi sebagian wilayah Jakarta Sumber Dongeng Geologi; Geomorfologi Jakarta Selain secara geologi Jakarta merupakan daerah cekungan, secara geomorfologi Jakarta juga merupakan dataran banjir flood plain. Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat terjadi banjir. Dataran banjir pada umumnya berada di sekitar aliran sungai yang berkelok-kelok meandering atau pada titik pertemuan anak sungai dengan aliran sungai utama, seperti tergambar dalam Gambar 4. Dengan keberadaan 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta, maka memang cukup banyak dataran banjir yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, cukup bisa dimaklumi bahwa potensi banjir di wilayah DKI Jakarta memang sangat tinggi. Sket ke-13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta tergambar dalam Gambar 5. Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 39 Gambar 4. Blok diagram Dataran Banjir dan meander sungai sumber Gambar 5. Sket 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta sumber Gambar 6. Peta Daerah Terdampak Banjir Jakarta tanggal 17 Januari 2013 sumber BNPB, diambil dari 40 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Gambar 6 memperlihatkan Peta Daerah Genangan dari kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta pada tanggal 17 Januari 2013 yang dibuat oleh BNPB. Area berwarna orange adalah daerah yang terendam banjir, sementara area berwarna biru merupakan lokasi-lokasi titik rawan banjir yang diidentikasi dari historis kejadian banjir tahun-tahun sebelumnya. Dari peta tersebut terlihat bahwa lokasi daerah genangan yang notabene merupakan dataran banjir berada tidak jauh dengan aliran sungai yang berpola meandering atau pada titik pertemuan dua aliran sungai. Jadi, karena secara teori lokasi dataran banjir selalu berasosiasi dengan keberadaan aliran sungai yang berpola meandering, maka dengan banyaknya aliran sungai yang melintas di Jakarta tentu sudah menjadi konsekuensi logis jika wilayah DKI Jakarta sangat rawan akan potensi banjir. Morfometri Sungai di Wilayah DKI Jakarta Dari ke-13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta, Sungai Ciliwung merupakan sungai yang paling besar kontribusinya terhadap potensi kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta. Menurut NEDECO 1973, luas Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung sekitar 347 km2, terluas dibandingkan DAS lainnya. Panjang aliran Sungai Ciliwung mulai dari hulunya di daerah Gunung Gede – Pangrango Kabupaten Bogor hingga daerah hilirnya di daerah Pluit Jakarta Utara sepanjang 117 km, terpanjang dibandingkan aliran sungai lainnya. Selain itu, aliran Sungai Ciliwung di Kota Jakarta melintasi banyak perkampungan, permukiman padat penduduk dan permukiman kumuh. Aliran sungai ini pula yang aksesnya langsung menuju jantung Kota Jakarta dimana lokasi Pusat Pemerintahan berada, sehingga jika sungai ini meluap dan membanjiri Jakarta dalam waktu yang relatif lama maka dampaknya dapat melumpuhkan segala aktivitas ekonomi, sosial maupun aktivitas pemerintahan yang terpusat di Kota Jakarta. Selain Sungai Ciliwung, Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap potensi banjir di wilayah DKI Jakarta. DAS Angke memiliki luas sekitar 263 km2 dengan panjang aliran sungai utama 100 km, sementara DAS Pesanggrahan memiliki luas 110 km2 dengan panjang aliran sungai utama 83 km. Sungai Angke berhulu di daerah Semplak Kabupaten Bogor, mengalir ke wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Jakarta Barat dan bermuara di Muara Angke Jakarta Utara, sedangkan Sungai Pesanggrahan berhulu di daerah Tanah Sereal Kabupaten Bogor, mengalir melalui Kota Depok, wilayah Jakarta Selatan, Kota Tangerang, wilayah Jakarta Barat untuk kemudian bergabung dengan aliran Sungai Angke dan juga bermuara di Muara Angke Jakarta Utara. Tabel 1. Morfometri Aliran Sungai di Wilayah DKI Jakarta Sungai DAS Luas km2 Sungai Utama Elevasi Tertinggi m Elevasi Terendah m Sumber NEDECO, 1973 Jadi memang benar jika sumber banjir di wilayah DKI Jakarta berasal dari aliran ke-13 sungai tersebut. Namun jika ingin mengantisipasi permasalahan banjir di wilayah DKI Jakarta, cakupannya tidak hanya sebatas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta saja, Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 41 namun harus bersifat lintas wilayah dan lintas sektoral. Untuk keperluan antisipasi banjir di wilayah DKI Jakarta melalui upaya redistribusi curah hujan dengan memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca TMC, daerah targetnya harus mencakup seluruh catchment area dari 13 sungai yang mengalir ke wilayah DKI Jakarta, mulai dari hulu hingga ke hilir. Dari hasil analisis pola aliran sungai dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG, daerah target TMC yang didelineasi berdasarkan gabungan Daerah Aliran Sungai DAS dari beberapa aliran sungai yang melintas di wilayah DKI Jakarta tersebut tergambar dalam Gambar 7. Gambar 7. Daerah target upaya redistibusi curah hujan di wilayah DKI Jakarta dengan TMC; Catchment area aliran sungai yang melintas di wilayah DKI Jakarta Sumber Hasil analisis GIS Dari peta dalam Gambar 7 tersebut, daerah yang diarsir warna merah wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta dan DAS Ciliwung merupakan daerah target primer yang perlu dilindungi dari curah hujan dengan intensitas tinggi. Sebisa mungkin curah hujan yang jatuh di daerah target primer tersebut diusahakan tidak terlalu tinggi, apalagi dalam durasi yang cukup panjang. Jika curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi di atas wilayah DKI Jakarta secara langsung, maka akan berpotensi langsung menimbulkan genangan air di beberapa lokasi seperti yang tergambar dalam Gambar 6. Demikian pula jika curah hujan tinggi terjadi di daerah Puncak Bogor yang menjadi hulu DAS Ciliwung, karena berpotensi menimbulkan banjir kiriman yang akan sampai ke pusat kota yang menjadi jantung segala aktivitas di wilayah DKI Jakarta dalam beberapa jam berikutnya. Daerah target sekunder arsiran berwarna orange dalam peta merupakan cakupan dari DAS lain yang juga alirannya bermuara ke wilayah perairan di Teluk Jakarta. Meski demikian bukan berarti jika curah hujan yang terjadi pada bagian hulu sungai lainnya selain Sungai Ciliwung tidak berpotensi membawa banjir kiriman ke wilayah DKI Jakarta, namun dengan alasan dari aspek morfometri sungai dan akses aliran sungainya terhadap potensi dampak banjir di wilayah DKI Jakarta seperti yang sudah diuraikan sebelumnya maka curah hujan yang jatuh di wilayah target sekunder ini masih relatif lebih aman dibandingkan dengan jika jatuh di daerah target primer. Total luas daerah target operasional TMC seperti tergambar dalam Gambar 7 adalah seluas km2 atau hampir sekitar 6 x luas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta yang seluas 674,68 km2. 42 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, Juni 2013 Hal. 37 – 43 Penutup Pada bagian akhir tulisan ini, Penulis ingin menyimpulkan bahwa secara geologi dan geomorfologi wilayah DKI Jakarta sendiri sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Selain itu, dengan keberadaan morfometri dari ke-13 aliran sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah DKI Jakarta. Jadi, memang sudah kodratnya bahwa wilayah DKI Jakarta adalah merupakan daerah banjir. Pembangunan infrastruktur banjir dan upaya konservasi lingkungan untuk memperbaiki kondisi catchment area yang telah rusak dan jauh berkurang luasannya hanyalah merupakan langkah-langkah untuk mengurangi potensi resiko bencana banjir, bukan bersifat menghilangkan resiko banjir menjadi tidak ada sama sekali. Singkatnya, jika seandainya infrastuktur dan kondisi lingkungan catchment area dalam kualitas yang baik saja masih akan selalu ada potensi resiko banjir di wilayah DKI Jakarta, lantas bagaimana jika keduanya tidak berfungsi dengan baik? Akibatnya seperti inilah yang terjadi sekarang. Bencana banjir semakin akrab dengan kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya setiap kali musim hujan tiba. Daftar Pustaka Dongeng Banjir. 2007. Whallah Banjir. Situs Dongeng Banjir. 2013. Banjir Jakarta 2013 1. Peta FLOODS-Can it mitigate?. 2012. What is Flood?Situs Harian Kompas. 2013. Dataran Banjir Yang Kebanjiran. Edisi 18 Januari 2013. Nedeco. 1973. Masterplan for Drainage and Flood Control of Jakarta, Jakarta Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumberdaya Air. UPT Hujan Buatan – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2013. Laporan Kegiatan Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Redistribusi Curah Hujan Dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya Tahun 2013. UPT Hujan Buatan BPPT. Jakarta. Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta … Harsoyo 43 ... Selain aspek konsep dan praktik penataan ruang kota seperti tersebut di atas, perihal penyebab banjir juga telah dikaji oleh banyak peneliti, dan salah satu di antaranya ialah kajian dari Harsoyo 2013 yang sudah mengungkapkan bahwa penyebab banjir di Provinsi DKI Jakarta ialah karena faktor geologi dan geomorfologi dari wilayah Jakarta yang dari sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Keberadaan morfometri dari 13 tiga belas aliran sungai yang melintasi wilayah Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah Jakarta Harsoyo, 2013 ...... Selain aspek konsep dan praktik penataan ruang kota seperti tersebut di atas, perihal penyebab banjir juga telah dikaji oleh banyak peneliti, dan salah satu di antaranya ialah kajian dari Harsoyo 2013 yang sudah mengungkapkan bahwa penyebab banjir di Provinsi DKI Jakarta ialah karena faktor geologi dan geomorfologi dari wilayah Jakarta yang dari sejak dulu memang sudah merupakan daerah banjir. Keberadaan morfometri dari 13 tiga belas aliran sungai yang melintasi wilayah Jakarta juga menjadi akses bagi aliran air permukaan direct runoff yang bersumber dari curah hujan di daerah hulu untuk masuk ke wilayah Jakarta Harsoyo, 2013 ...Sania MaulidaMyrna A. SafitriEndra WijayaThe floods that occurred in several areas of the Special Capital Region of Jakarta Province are influenced by natural and unnatural factors, such as problem in spatial planning and its regulation in legal documents. This study discusses about synchronization problem between several regulations at national and regional level, namely Presidential Regulation Number 60 of 2020 and Regional Regulation of the Special Capital Region of Jakarta Province Number 1 of 2014. This study uses normative legal research method with statute and conceptual approach. The conclusion of this study is that there is still no regulation synchronization at the level of national and regional related to the floods control management. At the national level, Presidential Regulation Number 60 of 2020 already regulated in detail about floods control management through the spatial planning general policy, strategy of implementation, spatial system and structure, and direction of zoning regulation for Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, and Cianjur regions. Different from that national level regulation, at the regional level, Regional Regulation of the Special Capital Region of Jakarta Province Number 1 of 2014, related to the floods control management, only focus on how to normalize the river as a part of drainage system in every district in Jakarta Province.... 2020. Terdapat 5 Kotamadya di DKI Jakarta terendam dengan ketinggian air bervariasi, diantaranya Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat Harsoyo, 2013. Curah hujan ekstrem yang turun sejak 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 menyebabkan terjadinya banjir di beberapa wilayah DKI Jakarta ...In early 2020, the Greater Jakarta area experienced severe flooding in several areas, one of which was the North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. Based on BMKG data in February 2020, the Tanjung Duren Utara Urban Village area is a flood-prone area with a height of 10-30 cm and is also a densely populated settlement so that it is prone to short circuit hazards that can cause fires. One of the causes of flooding is water channels / culverts that do not flow smoothly. This activity proposes the creation of a water velocity detection device that functions as an early detection of flood disasters. The detection device is designed using a microcontroller and is connected to a sensor for detecting the speed of water flowing from the drain pipe in the culvert. Based on the results of the training provided, the community's improvement in early detection of flood disasters has increased as indicated by an increase in the post-test value of 52% compared to the pre-test value. This activity is very useful for flood-prone areas as an early detection approach.... Bencana banjir seolah -olah sudah menjadi kegiatan rutin yang terus melanda Provinsi DKI Jakarta. Hampir setiap musim hujan, muncul beberapa genangan di ruas jalan di kawasan perkotaan jakarta Harsoyo, 2013. Bencana banjir sangat mengganggu aktivitas warga karena lumpuhnya bangunan -bangunan perumahan dan perkantoran yang mereka pakai maupun infrastruktur penunjang seperti jalan raya, alat transportasi yang terbatas dan lain sebagainya. ...Setyo Aji PramonoKetut SutargaKusumaDeffi Ayu Puspito SariBencana banjir seolah – olah sudah menjadi kegiatan rutin yang terus melanda Provinsi DKI Jakarta. Bencana banjir sangat mengganggu aktivitas warga karena lumpuhnya bangunan – bangunan perumahan dan perkantoran yang mereka pakai maupun infrastruktur penunjang lain. Genangan banjir juga dapat merusak bangunan antara lain adalah, rusaknya kusen pintu, kotornya warna cat tembok, hingga lapuknya tembok akibat genangan banjir yang terjadi secara berulang. Penelitian ini akan disajikan gambaran secara kuantitatif total bangunan dari berbagai fungsi bangunan yang terdampak banjir di Kecamatan Cengkareng, Grogol dan Kebon Jeruk. Pemilihan Kecamatan – kecamatan tersebut adalah hasil observasi awal dugaan daerah dengan wilayah yang berdekatan dan dengan dampak banjir yang terparah dan teringan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menampilkan secara spasial jumlah gedung yang terendam banjir di kecamatan terpilih kemudian membandingkannya. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa daerah dengan jumlah bangunan yang terdampak banjir terbanyak adalah Kecamatan Cengkareng.... Floods that occur in Indonesia are generally caused by logging actions without reforestation, garbage dumped carelessly in water bodies rivers, lakes, reservoirs, house construction on the riverbanks, the low topography of an area as well as problems with drainage in the area Harsoyo, 2013;Marhendi et al., 2017;Reinhardt-Imjela et al., 2018;Thapa et al., 2020;Ijaz et al., 2021. Another important factor in causing flooding in an area is the lack of land surface that can become a water catchment area Kefi et al., 2020. ...Muhammad Rizky RomadhonAbdul AzizSemarang City is the capital of the Central Java Province, located in the lowlands and directly adjacent to the north side of the Java Sea. This geographical condition makes this city very vulnerable to being affected by floods. This study aims to determine the distribution of flood-prone locations and classify the level of flood susceptibility that occurs in the Semarang City. Quantitative descriptive is the type of research with an overlay method based on scoring parameters related to environmental conditions. These parameters include slope, soil type, rainfall, altitude, land use and river flow buffers. The scored parameters are then entered into the overlay stage with other parameters in the geographic information system GIS application to form a map of the flood susceptibility level. The data analysis technique used the descriptive method. The level of flood susceptibility map resulting from this study is in one area of the Pemali-Juana Sub-watershed. The results also show that the scattered highly vulnerable areas in the northern part of Semarang City are areas with low elevations and flat slopes, then dominated by settlement land use that lacks infiltration areas, small river buffer sizes. These are what make the area classified as an area that is very prone to flooding.... Selain itu wilayah tanjung duren merupakah wilayah yang padat penduduk yang rawan bencana banjir dan berpotensi menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran dan juga korosi terhadap kendaraan bermotor seperti mobil dan juga motor. Hal ini perlu dipahami oleh masyarakat untuk mencegah jatuh nya korban jiwa dan kerugian materiil akibat bencana banjir Hujan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya menyebabkan banjir dan longsor melanda sejumlah kawasan Jabodetabek Harsoyo, 2013 Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bahaya banjir bagi keselamatan warga masyarakat khususnya kelistrikan rumah tangga. Selain itu, kegiatan ini bertujuan menerapkan bidang keilmuan elektro khusunya di bidang kelistrikan rumah tangga. ...... The cause of major flooding in early 2020 for the Jabodetabek area was extreme rainfall of 377 mm/day based on BMKG observations in the Halim Perdana Kusumah area, East Jakarta Dahlia & Fadiarman, 2020. The rain that occurred in Jakarta and its surroundings caused floods and landslides to hit a number of Jabodetabek areas Harsoyo, 2013. In addition, clogged drainage also causes a buildup of water that causes flooding. ...In 2020 a number of areas in DKI Jakarta were hit by floods, one of which was the North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. The extreme rainfall of 377 mm/day has flooded almost all areas of DKI Jakarta and its surroundings. In addition, poor drainage causes water to stagnate, causing flooding. However, the absence of an early flood information system makes residents restless when the rainy season arrives. The Community Service Community service activity activity carried out aims to provide training to the community in the Tanjung Duren Utara Village area RW 04, RT 0010 regarding water level detection equipment placed in culverts. This tool serves to provide early information if the volume of water in the culvert is full of information in the form of a siren sound. The method used in this Community service activity activity is to provide online counseling and training to the community in RT 0010 / RW 04, North Tanjung Duren Village, Grogol Petamburan District, West Jakarta. The results obtained are an increase in public understanding regarding the dangers of flooding to household electricity, as indicated by the results of the pre-test and post-test which are obtained an average of 43 and 90, respectively. Public understanding of the dangers of flooding to electricity has increased up to In addition, the average partner satisfaction with the material presented is 92%, this shows that the material presented by the presenters team is very useful for the extension participants.... The North Jakarta City Regency area around Ancol and Jakarta Bay is experiencing uplift due to tectonic activity. Therefore, the water flow from the 13 rivers that empty into Jakarta Bay cannot flow smoothly into the sea and is blocked in the large Jakarta basin [19]. ...The land surface in Jakarta Province is thought to have experienced relatively continuous subsidence because of natural processes and artificial activities. This research was carried out to evaluate the rate of land subsidence in Jakarta Province. Based on this research, it can be shown from the Sentinel-1A satellite images that there has been landed subsidence. The data used are two pairs of Sentinel-1A Single Looking Complex SLC images acquired in 2019 and 2020. The data was processed using the DInSAR method to examine the rate of land subsidence. The results show that the land subsidence rate in Jakarta Province during the 2019-2020 period varies from cm to cm/year. The literature data results in 2016 experienced a decrease in land subsidence with a significant value of cm/year. Land subsidence in 2017 averaged cm/year. The land subsidence results from 2019 to 2020 have a value that tends to be lower than in 2016 of - cm/year. Land subsidence occurs mostly in coastal areas and near estuaries caused by the nature of alluvial deposition materials. It has caused damages to road infrastructure in several regions of Jakarta Province, such as Mutiara Beach, West Cengkareng, and rains on February 24, 2020, caused flooding in most parts of Jakarta and its surroundings. The one-day observation of accumulated rainfall from the Laser Precipitation Monitor LPM was recorded at mm/day at the Kemayoran station on February 25, 2020, at UTC Jakarta Time. In this study, analysis of the microphysical characteristics of extreme rainfall using LPM installed at Kemayoran meteorology station and weather radar at Cengkareng meteorology station with a spatial radius of 250 km. LPM is used to measure the diameter of the raindrops, the velocity of falling raindrops, LPM reflectivity, and the amount of accumulated rainfall with time resolution per minute and stored in excel data format. While the weather radar is used to measure the reflectivity spatially and temporally in the data volume format .vol. The method used is, first, to find the relationship between LPM reflectivity and the amount of LPM rainfall with regression analysis. Second, the radar reflectivity is converted into estimated rainfall intensity for the Jakarta area and its surroundings. The results of this study found a relationship between LPM reflectivity X and rainfall accumulation LPM Y to form a regression relationship with the formula Y = with R ² = Based on the record of the LPM time series, the peak of rainfall occurred at UTC with 1000 raindrops, the maximum fall speed was 10 m/s, and the maximum diameter is millimeters. Based on the results of microphysical measurements of LPM, spatial plots, and vertical cross-section radar, it can be concluded that flooding in Jakarta is due to heavy rain from convective has not been able to resolve any references for this publication.Banjirdi Tanah Rendah di Jakarta Pusat pada Selasa (6/2) Di sekitar aliran sungai di Pejaten, Jakarta Timur, banyak rumah yang sudah terendam dan sejumlah warga diungsikan. Di Kampung Melayu dan - Jakarta identik dengan istilah kota langganan banjir. Tiap kali hujan deras, beberapa daerah di Jakarta hampir selalu tergenang banjir. Salah satu penyebab utamanya adalah karena perilaku masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan ke kali atau sungai, sehingga menghambat aliran air ketika hujan turun. Menurut Edi Sedyawati, dkk dalam Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 1986, penyebab utama lain Jakarta selalu tergenang banjir adalah karena kondisi lingkungan Jakarta yang dialiri 10 sungai besar dengan sistem drainase yang kurang HM dalam Banjir Jakarta 2013, menuliskan jika banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Tarumanegara, tepatnya saat Raja Purnawarman memimpin kerajaan tersebut pada abad ke-5. Berikut sejarah banjir di Jakarta Banjir Jakarta di Zaman Kerajaan Tarumanegara Portal Informasi Indonesia Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tugu yang ditemukan pada 1878 di Jakarta Utara menjadi bukti otentik jika banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar, prasasti tersebut berisikan pesan jika Raja Purnawarman pernah menggali Kali Chandrabhaga di daerah sekitar Bekasi dan Kali Gomati atau yang sekarang dikenal sebagai Kali Mati di Tangerang. Penggalian tersebut merupakan upaya mengatasi banjir. Sungai yang digali tersebut diharapkan bisa mengalirkan debit air, sehingga banjir di Jakarta kala itu bisa segera surut. Selain itu, penggalian kali ini juga ditujukan untuk kepentingan irigasi sawah juga Banjir Jakarta Buat Kawasan Elite Kemang Berubah Bak Sungai Kumuh... Banjir Jakarta pada 1621 Jakarta pada masa kolonial Belanda dikenal dengan sebutan Batavia. Saat itu, sebagian besar daerah Batavia masih berupa rawa dan hutan liar, sehingga sering tergenang banjir dari air beberapa sungai, terutama Kali Ciliwung yang meluap saat hujan deras. Banjir Jakarta pada 1621 merupakan banjir pertama di era kekuasaan VOC di Nusantara, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Saat itu banyak rumah warga yang terbuat dari kayu sehingga mudah hanyut ketika banjir melanda Batavia. Struktur jalannya pun masih belum beraspal sehingga sangat sulit untuk dilalui sepeda atau dokar. Sebenarnya, Belanda sudah pernah membangun kanal sejak dua tahun sebelum bencana banjir ini terjadi. Namun, usahanya gagal karena Belanda tidak mengetahui letak geografis dan struktur topografi Jakarta kala itu. Banjir Jakarta pada 1654 Saat Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker memimpin Batavia kala itu. Banjir besar kembali melanda Batavia. Penyebabnya karena hujan deras dan luapan air sungai, terutama Kali Ciliwung dan kiriman air dari hulu di Bueitenzorg atau Bogor. Kanal yang tersumbat oleh pasir membuat kanal tidak berfungsi saat banjir melanda. Joan Martsuycker telah membangun beberapa kanal tambahan, namun usahanya gagal karena kanal selalu dipenuhi sampah, lumpur dan pasir.Kendatidemikian, kondisi Sungai Ciliwung kini terbilang jauh dari apa yang digambarkan pada zaman dulu. Airnya cukup keruh dan sampah bertebaran di tepian sungainya. Tidak hanya itu, Sungai Ciliwung pun kerap disebut sebagai biang banjir lantaran luapannya kerap menggenangi sejumlah titik di Ibu Kota. Lihat Foto.Jakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak sungai. Namun, tidak semua sungai di Jakarta memiliki aliran yang deras. Derasnya aliran sungai sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem sungai dan mencegah banjir di musim hujan. Lalu, sungai apa saja di Jakarta yang alirannya deras? Sungai Ciliwung Sungai Ciliwung adalah sungai yang paling terkenal di Jakarta dan memiliki aliran yang deras. Sungai ini memiliki panjang sekitar 119 km dan mengalir dari Bogor hingga ke Jakarta. Aliran deras sungai Ciliwung terkadang menjadi penyebab banjir di Jakarta, terutama di musim hujan. Namun, sungai ini juga memiliki peran penting sebagai sumber air dan tempat hidup bagi banyak spesies ikan dan hewan lainnya. Sungai Pesanggrahan Sungai Pesanggrahan adalah sungai yang mengalir di wilayah Jakarta Selatan. Sungai ini memiliki aliran yang cukup deras dan sering digunakan sebagai tempat wisata air. Selain itu, sungai Pesanggrahan juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Jakarta Selatan. Sungai Sunter Sungai Sunter adalah sungai yang mengalir di wilayah Jakarta Utara. Sungai ini memiliki aliran yang deras dan juga sering digunakan sebagai tempat wisata air. Namun, seperti sungai Ciliwung, sungai Sunter juga sering menjadi penyebab banjir di musim hujan. Sungai Krukut Sungai Krukut adalah sungai yang mengalir di wilayah Jakarta Barat. Sungai ini memiliki aliran yang deras dan menjadi sumber air bersih bagi masyarakat sekitar. Selain itu, sungai Krukut juga menjadi tempat hidup bagi banyak spesies ikan dan hewan air lainnya. Kesimpulan Terdapat beberapa sungai di Jakarta yang memiliki aliran yang deras, seperti sungai Ciliwung, sungai Pesanggrahan, sungai Sunter, dan sungai Krukut. Meskipun derasnya aliran sungai sering menjadi penyebab banjir di Jakarta, namun sungai-sungai ini juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat sekitar. Pos terkaitBahasa Daerah Sunda Sampai Berjumpa LagiBeberapa Pengertian dan Fungsi Array yang Benar Terdapat PadaPeristiwa Tertariknya Partikel Koloid oleh Medan Listrik DisebutPada Tahun 1770 Inggris Mengakui Haknya atas Benua Australia MelaluiBerikut Bukan Faktor Pendorong Pembangunan Ekonomi AdalahMengapa Kita Harus Bernegosiasi dengan Santun?Banjirdi Jakarta sesungguhnya bukanlah masalah baru, karena banjir di Jakarta sudah terjadi sejak masa kolonial Belanda, yakni pada tahun 16211. Dari segi geografis, empat puluh persen atau sekitar 24.000 hektare dari seluruh wilayah DKI Jakarta adalah dataran yang letaknya lebih rendah dari permukaan laut. Dataran yang rendah ini dialiri oleh PCvan.